Pengembangan Wirausaha Dengan Pembuatan Kopi Dari Biji Kecipir

Berita, Pendidikan172 Dilihat

JangkarNTB.com., Mahasiswa KKN PMD Universitas Mataram 2025 yang ditempatkan di Desa Timbanuh, Kecamatan Pringgasela, melaksanakan salah satu program unggulan berupa pengembangan wirausaha masyarakat dengan mengolah biji kecipir menjadi kopi. Program ini lahir dari keprihatinan sekaligus keinginan mahasiswa KKN untuk membantu warga desa dalam memanfaatkan potensi lokal yang selama ini belum banyak dilirik.

Kecipir dikenal sebagai tanaman yang mudah tumbuh di lingkungan pedesaan, tetapi pemanfaatannya selama ini lebih banyak sebatas pada bagian polong muda untuk sayuran. Sementara itu, biji kecipir sering kali terbuang dan belum dikelola secara maksimal. Melalui program ini, mahasiswa KKN berupaya mengubah biji kecipir menjadi produk bernilai ekonomi, yaitu minuman kopi yang memiliki rasa khas sekaligus berpotensi menjadi produk unggulan desa.

Proses pembuatan kopi kecipir dimulai dari tahap pemilihan biji yang berkualitas, kemudian dijemur hingga kering, disangrai dengan teknik tertentu agar menghasilkan aroma yang harum, dan digiling menjadi bubuk kopi siap seduh. Seluruh proses tersebut diperkenalkan dan dipraktikkan bersama warga setempat, sehingga mereka dapat menguasai keterampilan baru yang bisa dikembangkan secara berkelanjutan.

Selain memberikan pelatihan teknis, mahasiswa KKN juga mendampingi warga dalam aspek pengemasan dan pemasaran produk. Desain kemasan sederhana namun menarik diperkenalkan agar kopi kecipir memiliki nilai jual lebih tinggi serta bisa bersaing di pasar lokal maupun online. Tidak hanya itu, mahasiswa juga memberikan edukasi mengenai strategi branding dan pemasaran berbasis media sosial sebagai langkah awal memperkenalkan produk ini kepada masyarakat luas.

Dengan adanya inovasi kopi biji kecipir ini, diharapkan masyarakat Desa Timbanuh memiliki alternatif usaha kreatif yang dapat menambah pendapatan keluarga. Program ini sekaligus menjadi bentuk nyata pemberdayaan masyarakat melalui pemanfaatan sumber daya lokal, sehingga Desa Timbanuh tidak hanya dikenal sebagai desa agraris, tetapi juga desa yang memiliki produk inovatif dengan nilai jual yang berkelanjutan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *