MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA DAN KESEJAHTERAAN KELUARGA PADA KELUARGA YANG TINGGAL DI AREA PEGUNUNGAN

Uncategorized289 Dilihat

JangkarNTB.com, BOGOR, Jawa Barat, Manajemen adalah perencanaan dan pelaksanaan penggunaan sumberdaya untuk mencapai keinginan atau tujuan. Sedangkan manajemen Sumber Daya Keluarga adalah penggunaan sumber daya keluarga dalam usaha atau proses mencapai suatu tujuan yang dianggap penting oleh keluarga (Juniarti 2018). Manajemen Sumber Daya Keluarga adalah suatu proses yang dilakukan oleh keluarga dan anggota keluarga dalam merencanakan dan melaksanakan penggunaan sumber daya, untuk mencapai tujuan tertentu yang dianggap penting oleh keluarga (Herawati et al 2011). Manajemen sumber daya keluarga dilaksanakan guna membantu mencapai tingkat kehidupan yang diinginkan. Proses manajemen dalam organisasi rumah tangga seperti halnya proses manajemen dalam bisnis meliputi penetapan tujuan, perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, pengawasan, dan pengendalian penggunaan sumber daya manusia dan materi untuk mencapai tujuan kesejahteraan keluarga dan anggotanya (Dzikri 2018).Dalam manajemen sumber daya keluarga, setiap anggota keluarga memiliki peranan dan tugas masing-masing yang harus dipenuhi oleh setiap anggota keluarga .

Manajemen sumber daya keluarga juga dilakukan guna membantu mencapai tingkat kehidupan yang diinginkan dengan sumber daya yang relatif terbatas (Herawati et al 2011). Sistem Manajemen Sumber Daya Keluarga (MSDK) adalah pendekatan terstruktur untuk merencanakan, mengatur, dan mengelola sumber daya dalam keluarga guna mencapai kesejahteraan dan keberlanjutan. MSDK membantu keluarga untuk membuat keputusan yang bijak terkait dengan keuangan, kesehatan, pendidikan, dan aspek-aspek penting lainnya dalam kehidupan keluarga. Sistem manajemen sumber daya keluarga tergantung pada sistem keluarga itu sendiri. Sistem Keluarga terdiri dari dua subsistem yaitu; Sistem personal. Sistem ini berperan dalam menerima masukan dari kekuatan eksternal dan mengklarifikasi nilai, menumbuhkan kapasitas individual dari seluruh anggota keluarga, dan Sistem manajerial yang terdiri dari masukan, proses, keluaran dan umpan balik (Juniarti 2018).
Sebagai unit terkecil dalam masyarakat, setiap keluarga berusaha mencapai ketahanan keluarga sehingga mampu memenuhi kebu- tuhan fisik, sosial, mental dan spiritual para anggotanya, untuk mencapai tujuan keluarga, terdapat tiga jenis sumberdaya yang harus dikelola, yaitu manusia, materi dan waktu. Sumberdaya keluarga tidak hanya berasal dari dalam keluarga sendiri (internal) tetapi juga berasal dari lingkungan sekitarnya yakni keluarga itu berada (eksternal). Kondisi sumberdaya tersebut dapat menghambat dan mendorong pencapaian tujuan keluarga. Perubahan pada salah satu nsumberdaya akan berpengaruh pada sumberdaya lainnya dan komponen lain dalam sistem keluarga (Sunarti 2021)
 Pendidikan Pada Daerah Pegunungan
            Pendidikan sebagai proses pembelajaran supaya peserta didik dapat mengembangkan potensi dirinya secara aktif. Begitu juga dengan masyarakat yang ada di desa. Masyarakat desa juga memiliki peluang yang sama dengan masyarakat kota untuk memperoleh pendidikan. Pemerintah membuka peluang pendidikan yang sama untuk masyarakat desa maupun kota. Bahkan, semangat juang masyarakat desa lebih tinggi daripada masyarakat kota. Karena masyarakat kota beranggapan bahwa pendidikan di desa tidak begitu maju karena kekurangannya sarana dan prasarana yang memadai. Karena pendidikan di desa dengan dikota berbeda jauh (Putera, 2018).
Susahnya akses menuju sekolah, tidak membuat patah semangat anak anak yang berada di pedesaan untuk bersekolah dan mendapatkan pendidikan meski mereka harus bersusah payah dan menghadapi rintangan yang begitu berat untuk mencapai tujuan mereka, yaitu belajar disekolah untuk mencapai cita-cita. Hal ini berbanding terbalik dengan pendidikan yang berada di perkotaan, yang dimana akses menuju sekolah sangatlah mudah dan banyak alat transportasi yang memudahkan anak anak yang bersekolah untuk sampai ditujuannya dalam waktu yang singkat. Kesenjangan pendidikan yang terdapat di pedesaan dan perkotaan tidak hanya dalam akses menuju sekolahnya saja, tetapi masih banyak aspek- aspek kesenjangan pendidikan yang lainnya, aspek yang lainnya adalah kesenjangan sarana dan prasarana sekolah yang terdapat di pedesaan dengan sekolah yang terdapat diperkotaan (Putera, 2018).

HASIL
            Hasil wawancara adalah salah satu elemen penting dalam pembuatan sebuah makalah, karena mereka memberikan wawasan langsung dari narasumber yang relevan dengan topik yang dibahas. Melalui wawancara, kami dapat mengumpulkan berbagai perspektif, pandangan, dan pengetahuan yang mendalam mengenai subjek makalah ini. Dalam hasil wawancara ini, beberapa tema utama muncul yang sangat relevan dengan topik makalah ini. Narasumber mengungkapkan berbagai pandangan mereka tentang tantangan pendidikan di daerah pegunungan, termasuk masalah aksesibilitas, kualitas fasilitas pendidikan, dan kurangnya tenaga pendidik berkualitas. Mereka juga membahas pentingnya mempertimbangkan budaya dan konteks sosial dalam pembangunan pendidikan di daerah pegunungan. Selain itu, hasil wawancara juga mencerminkan perbedaan antara daerah-daerah pegunungan yang sudah memiliki fasilitas pendidikan yang memadai dengan daerah yang masih menghadapi kendala serius. Semua hasil wawancara ini akan memberikan kontribusi yang berharga untuk memperkaya analisis dan pembahasan dalam makalah ini, dan membantu menyusun rekomendasi yang lebih baik untuk pembenahan pendidikan di daerah pegunungan.

Sumber Daya Manusia dan Kesejahteraan keluarga di Area Pegununungan
         Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan mengenai Manajemen Sumberdaya Manusia dan Kesejahteraan Keluarga pada Keluarga yang Tinggal di Area Pegunungan terutama dalam konteks Pendidikan, terungkap beberapa tantangan yang sering dihadapi oleh mereka, seperti aksesibilitas terhadap fasilitas Pendidikan dan kurangnya ketersediaan tenaga pengajar. Isu tersebut juga seringkali muncul di beberapa wilayah di Indonesia, termasuk dalam situasi yang sama di desa Aing Bantai. Menurut Rahman (2022) pada perayaan ulang tahun kemerdekaan Indonesia yang ke-77, situasi pendidikan di Dusun Mangga Jaya, Desa Aing Bantai, Kecamatan Batang Alai Timur, Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Provinsi Kalimantan Selatan, yang terletak di wilayah Pegunungan Meratus, jauh dari merdeka. Terdapat tantangan serius dalam hal ketimpangan pendidikan di sana, dengan 75 persen kasus buta aksara masih ada. Pada tahun 2022, desa ini memiliki 61 kepala keluarga (KK) dengan 203 jiwa penduduk.

Pendidikan di Pegunungan Indonesia
            Dengan  mempertimbangkan wilayah Indonesia yang sangat luas dan terdiri dari banyak pulau, pendekatan pendidikan yang bersifat desentralistik menjadi sangat efisien dalam upaya pengembangan pendidikan di negara ini.Pembagian kewenangan antara pemerintah pusat dan daerah merupakan hasil yang logis dari UU No. 25 Tahun 1999. UU ini, yang kemudian diatur lebih lanjut dalam PP No. 25 Tahun 2000, mencerminkan niat pemerintah pusat untuk mengurangi dominasi sentralisasi kekuasaan yang berlebihan seperti yang terjadi di masa lalu. Untuk mengimplementasikan perubahan ini, berbagai pihak perlu terlibat dalam merancang kebijakan operasional otonomi daerah, khususnya dalam hal pengelolaan pendidikan, termasuk aspek-aspek seperti kelembagaan, kurikulum, sumber daya manusia, pembiayaan, serta fasilitas dan infrastruktur pendidikan (Nisa & Samputra, 2020). Agenda besar ini menjadi tanggung jawab berat bagi daerah, meskipun beberapa di antaranya sudah siap untuk mengemban peran tersebut. Penting untuk dicatat bahwa desentralisasi pendidikan, beserta seluruh aspeknya, tidak seharusnya dipahami sebagai cara bagi pihak yang seharusnya bertanggung jawab untuk “melepaskan tangan.” Upaya pemerintah untuk mereformasi sistem pendidikan nasional menuju prinsip-prinsip desentralisasi harus didukung oleh semua pihak.

Dalam konteksini,desentralisasi pendidikan bukan berarti melepaskan tanggung jawab sepenuhnya dari pemerintah pusat, tetapi lebih kepada memberikan otonomi kepada institusi sekolah untuk mengelola pendidikan dan memberikan wewenang kepada daerah untuk mengatur sesuai dengan kebutuhannya. Pemerintah pusat tetap berperan sebagai pengarah dan pengawas untuk hal-hal yang dianggap krusial. Dengan adanya desentralisasi, diharapkan keunikan dan kebutuhan khusus daerah dapat diperhatikan, sehingga pendidikan dapat lebih sesuai dengan konteks lokal. Pendidikan, sebagai bagian penting dalam proses pembangunan lokal, harus senantiasa menjadi prioritas selama era otonomi daerah. Pendidikan juga perlu diarahkan untuk memenuhi kebutuhan lokal, seperti pemenuhan sumber daya manusia dan pengembangan kurikulum yang relevan dengan konteks setempat. Hal ini menjadi penting karena selama ini pendidikan formal cenderung tidak selaras dengan pembangunan lokal, sehingga perlu adanya perubahan dalam pendekatan ini. Dalam pendidikan, seharusnya terdapat elemen-elemen lokal yang signifikan agar lulusan pendidikan mampu berkontribusi dalam pemecahan masalah lokal yang dihadapi masyarakat (Nisa & Samputra, 2020).

      Dampak Kesejahteraan Keluarga Terhadap Pendidikan di Daerah Pegunungan
Dampak kesejahteraan keluarga sangat memengaruhi pendidikan di daerah pegunungan. Kesejahteraan keluarga mencakup berbagai aspek, termasuk ekonomi, kesehatan, dan stabilitas sosial. Di daerah pegunungan, di mana aksesibilitas dan sumber daya sering kali terbatas, kesejahteraan keluarga menjadi faktor penentu yang signifikan dalam perkembangan pendidikan anak-anak. Kondisi ekonomi keluarga berperan penting dalam akses terhadap pendidikan yang berkualitas. Keluarga yang menghadapi kemiskinan atau kesulitan ekonomi mungkin kesulitan dalam membeli perlengkapan sekolah, buku pelajaran, atau mengikuti kegiatan ekstrakurikuler yang dapat memperkaya pengalaman belajar anak-anak. Ini dapat menghambat kemampuan anak-anak untuk meraih potensi mereka dalam pendidikan (Handayani & Yulistiyono, 2023). Selain itu, kesejahteraan keluarga juga dapat memengaruhi kesehatan fisik dan mental anak-anak. Keluarga yang tidak memiliki akses yang memadai ke layanan kesehatan atau menderita masalah gizi dapat memiliki anak-anak yang sering sakit atau mengalami masalah kesehatan yang memengaruhi kemampuan mereka untuk hadir di sekolah dan fokus dalam pembelajaran.
Nurhasanah dkk (2019) peran orang tua dalam mendukung pendidikan anak-anak juga dipengaruhi oleh kesejahteraan keluarga. Keluarga yang stabil secara ekonomi dan emosional lebih mungkin terlibat aktif dalam pendidikan anak-anak mereka, mengawasi perkembangan mereka, dan memberikan dukungan yang diperlukan. Sebaliknya, keluarga yang berjuang untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka mungkin memiliki keterbatasan waktu dan sumber daya untuk terlibat dalam pendidikan anak-anak. Dengan demikian, untuk meningkatkan pendidikan di daerah pegunungan, penting untuk memperhatikan dan mendukung kesejahteraan keluarga. Upaya untuk meningkatkan ekonomi keluarga, akses terhadap layanan kesehatan, dan dukungan sosial dapat membantu menciptakan lingkungan yang lebih kondusif untuk perkembangan pendidikan anak-anak di daerah tersebut. Dengan mengatasi tantangan-tantangan yang dihadapi oleh keluarga, pendidikan anak-anak di daerah pegunungan dapat ditingkatkan secara signifikan.

Shella SugiartiDr. Ir. Lilik Noor Yuliati, MFSA (LNY) & Dr. Irni Rahmayani Johan, SP, MM (IRJ)
Dosen di Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, FEMA IPB

Kelompok 20 :
M.Fesal,
Naurah Afnanti Syawalia,
Rizki Fadlika ,Kardila Sindi ,La Ode Muh Zulyarson

Shella SugiartiDr. Ir. Lilik Noor Yuliati, MFSA (LNY) & Dr. Irni Rahmayani Johan, SP, MM (IRJ)
Dosen di Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, FEMA IPB

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *