Bima,Jangkarntb.com – Sejak bergulirnya era reformasi di Indonesia, partai politik sepenuhnya sudah tidak lagi mengandalkan kader partai untuk maju dalam Pilkada, legislatif hingga Pilpres. Rekrutmen partai politik adalah cara bagi Partai untuk “bertahan” ditengah arus perkembangan yang semakin pesat, sebabnya pada Pilpres 2014 hingga sekarang istilah “migrasi artis” di Indonesia ke partai politik masih berlaku, semata karena popularitas mereka bisa mempengaruhi elektabilitas partai politik.
Adanya rekrutmen partai politik tersebut menandakan bahwa kader partai tidak sepenuhnya bisa “diandalkan” dalam setiap konstelasi demokrasi baik di tingkat nasional maupun lokal, keterbatasan sumber daya ekonomi dan faktor popularitas menjadi penyebab utama mengapa partai politik cenderung melakukan rekrutmen.
Di NTB sendiri misalnya, pada pemilihan legislatif di tingkat provinsi Efan Limantika menjadi rekrutmen Partai Golkar NTB karena dilihat dari faktor sumber daya ekonomi dan popularitasnya. Kontraktor Muda dan pemilik King Mart ini yang juga sebelumnya adalah purnawirawan Polisi dilihat sebagai figur potensial yang mampu membawa elektabilitas Partai Golkar NTB semakin naik.
Tercatat sejauh ini, baliho Efan Limantika yang sudah tersebar di beberapa Kecamatan baik di Kota, Kabupaten Bima hingga Dompu adalah 150 Baliho, dan dalam waktu dekat akan dipasang dengan jumlah yang banyak hingga tersebar di beberapa Desa pelosok. Strategi pemasangan baliho ini bukan tanpa dasar melainkan Efan Limantika menyasar tradisional voters yang merupakan uninformed voters terbanyak di Kabupaten Bima dan Dompu.
Dalam studi Nielsen Consumer Media and View di tahun 2019, mengatakan bahwa penggunaan media luar ruang seperti baliho spanduk dan reklame lainnya masih sangat efektif digunakan, jangkauan media luar ruang ini bisa mencapai 66 % karna berfungsi menciptakan identitas dan daya tarik visual bagi pemilih. Identitas visual sendiri dilakukan agar mudah dikenal khalayak.
Selain hal tersebut, tentu penggunaan media luar ruang seperti baliho ini adalah untuk penetrasi ingatan publik yang memang pada dasarnya kekurangan informasi. Sebabnya penetrasi ini bertujuan untuk mengingatkan dan “menggiring” kesadaran pemilih akan figur yang hampir setiap hari dilihat dalam baliho. Dalam dunia intelegent hal seperti ini bisa juga disebut sebagi tahap infiltrasi, artinya wajah dan nama Efan Limantika tengah sengaja “disusupkan” kedalam ingatan masyarakat agar mudah diingat dan dikenal, dan hingga pada akhirnya Strategi pemasangan baliho ini mengarah kepada seperti yang diungkapkan oleh Irawan Sukarno yaitu “to bring the target to our direction” (mengarahkan target pada kondisi atau persepsi yang kita inginkan)
Parade baliho Efan Limantika ini menunjukkan keseriusannya ditengah figur lain yang hanya sekedar bicara dan iklan gratis di Sosial Media, padahal jika merujuk pada laporan Bank Dunia beberapa tahun lalu yang berjudul Beyond Unicorn, seperti memberi afirmasi atas tulisan ini yang menyebutkan hampir setengah (49 %) dari populasi orang dewasa di Indonesia masih belum memiliki akses ke teknologi digital, hingga kesenjangan konektivitas internet antara daerah perkotaan dan pedesaan masih relatif jauh.
Jadi rasanya tidak mungkin jika Efan Limantika hanya dianggap sebagai “pemanis” dalam perebutan kursi Golkar DPRD Provinsi NTB Dapil VI, mengingat sejauh ini menunjukkan keseriusannya ditengah figur tua Golkar NTB yang sudah berpengalaman dan asam garam politik daerah.
#Kec. Kilo 7 titik di 6 desa#
“Kami Tidak Liar pikiran kalian aja yg keliaran”
Efan limantika bukan hanya politisi tapi Beliau Petarung.(SD-01)