Mataram, Jangkarntb.com, Berbicara tentang kekeringan adalah salah satu faktor pendukung adalah kekeringan pada air dan problemnya juga cukup atau di bicarakan di sektor pertanian,tapi itu bukan hanya dari faktor itu aja air dengan yang satu lainnya.misalnya sumber ketersedian air tidak dari air permukaan dari bawah tanah juga sangat berpengaruh juga.keterkaitan itulah yang sangat berpengaruh pada pertanian. apalagi dalam konteks iklim dalam data BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika). sudah di rilis masuk ke dalam musik kemerau dan harus di waspadai untuk kedepannya karena itu adalah faktor kekeringan yang tentu saja pada persoalanan air,tuturnya.
Probel dari perubahan data iklim juga yang di data bappenas itu bahwa NTB salah satu daerah yang sangat rentan. dam di prediksi dari tahun 2020/2024 NTB akan mengalami Losprodaksen dengan nilai kerugian 3,37 Triliun di bandingan data NTT,sumatra maupun lampung. Ucap Dr.Ir.H.Markum, M.sc.
kaitan dengan hutan juga bahwa hutan di ntb ini semakin lama akan mengalami tutupnya dan bisa berpengaruh terhadap ketersedian air di ntb,apalagi di sumbawa dompu dan Bima.oleh karena itu salah satu hal yang di ciptakan adalah teknologi teknologi Pertanian harus di ciptakan seperti tenaga kora,dengan sistem basah dan kering.salah satu kaitakan dengan perhutanan sosial contonya pada jagung karena tidak toleran dengan naungan.karena itu program rehabilitas serta tanah di tebangin.
Dr.Ir.H.Markum, M.sc. menyampaikam bahwa dalam kondisi darurat kekeringan air ada beberapa cara contohnya infrastruktur penangkapan air ada istilah bendungan untuk menampung air,dan ada juga IPA istansi penampuung air.dan pada langkah teknis untuk irigas dengan cara irigasi tetes dengan pertanian pendesaan,dan instasi bendungan yang parah kemarin di bendungan Bima DAM PELA PARADO untuk mengangakat kembali tanah biayanya sangan besar karena kerusakan yang tidak terkontrol dan erosi terjadi dan air lari pada pemukiman dan faktor banjir adalah lingkungan tidak sehat,ucap-nya”.