Abdul Najib (Cahyo) Ketua DPC GMNI Kab. Bima Evaluasi Kinerja Bupati Bima.

Nasional1421 Dilihat

Kabupaten Bima,JangkarNTB.Com-Abdul Najib Ketua GMNI Kab.Bima sapaan Akrab Cahyo menyampaikan Siapa yang tidak kenal dengan istilah IDP (Indah Damayanti Putri) di Daerah Kab. Bima ini, nama yang begitu familier di kenal oleh masyrakat Kab.Bima. Alhasil dari itu, beberapa media-media lokal, sampai media nasional hangat menggubris corak kepemimpinannya dalam menahkodai Daerah Kab. Bima,Sabtu (3/6/2023).

Di atas saya uraikan “beberapa media-media lokal sampai media Nasional hangat menggubrisnya”, jelasnya dalam perihal ini menimbulkan beberapa tanda tanya, yang membuat saya semangat menjabarkan tentangnya. Tuturnya

Mungkinkan dari itu, popularitasnya naik di karenakan masyarakat sering teriak-teriak menyebut namanya. Tidak terlalu jauh saya meliriknya (Bupati Bima), dari aksi unjuk rasa yang di gelar oleh rekan-rekan FPR-DS bersama warga setempat  dengan Grand Issue “Perbaikan Infrastruktur Jalan”. Tagihan itu terhadap Bupati Bima sudah menjadi satu cara agar Bupati Bima yang abai serta menutup mata terhadap akses Jalan Donggo Soromandi bisa di perbaiki sesuai dengan standar keamanan warga yang mengakses jalan tersebut.

Aksi Unjuk Rasa yang jilidnya berlipat Ganda dan menghasilkan 25 pejuang Infrastuktur Jalan di tahan di Polres Bima. Dalam posisi ini esensinya APH sebagai Mitra FPR-DS telah di profokasi oleh kekuasaan,indikasi profokatornya Bupati Bima (Indah Damayanti Putri). Bupati Bima sengaja membeberkan di publik bahwa pada momentum aksi FPR-DS, dia (Bupati Bima) dengan semua antek-anteknya menyebut Bupati Bima sedang ada agenda di luar Daerah (Jakarta), padahal dirinya masih berada di Daerah Kab.Bima.

Kondisi tersebut membuat FPR-DS bertambah Geram dan membuat APH-pun terpancing emosinya, padahal di situasi tersebut secara tidak langsung Bupati Bima telah membenturkan 2 (dua) Lembaga tersebut, FPR-DS dan APH. Sebab kegeraman yang muncul dari rekan-rekan FPR-DS di sebabkan oleh kebohongan Bupati Bima yang tidak mau bertemu dan menanggapi Aksi unjung rasa yang di gelar oleh FPR-DS. Ucapnya

Di lain hal, insiden Tanah Longsor yang terjadi di Dusun Muku menjadi salah satu sorotan spektakuler pada pengujung mei dan awal Juni ini. Kejadian (Tanah Longsor) memang tidak ada yang menginginkannya datang, namun hal itu tidak bisa di elakan dengan mudah seperti membalikan telapak tangan.

Dua insiden ini (Aksi FPR-DS dan Tanah Longsor) menjadi sebuah ajang dan momentum untuk melihat secara langsung bagaimana sikap serta perilaku Bupati Bima terhadap rakyat yang telah memberikan mandat untuk melayani rakyat itu sendiri.

Namun, jikalau di lirik dari respeknya terhadap kejadian tanah longsor di dusun muku yang membuat satu dusun warga Muku memblokade jalan raya pada hari Jum’at (2/6/2023 ) mulai jam 6.30 Wita sampai menjelang Waktu jum’atan atas dasar Bupati Bima menutup mata terhadap kejadian yang amat mengancam nyawa warga se-Dusun Muku. Ironisnya dalam aksi Blokade jalan yang di bangun oleh Warga Dusun Muku ada Camat Bolo yang menyampaikan sepatah kata di depan seluruh warga, pengguna jalan dan APH yang mengawal aksi bahwa ” Ibu Bupati Bima belum bisa hadir di hadapan bapak/ibu karena memang Bupati Bima masih di Jakarta”.

Padahal Kenyataannya Bupati Bima berada di Kantor KPU Kab. Bima Guna menyampaikan sambutan Pada agenda Pembukaan Kirab Pemilu, dengan posisi mengabaikan (Menutup mata dan telinga serta hati) terhadap teriakan histeris dan kenestapaan Warga Dusun Muku yang sedang bingung menghadapi bencana alam tersebut. Ungkapnya

Dalam hal ini, posisi Bupati Bima dan suara emasnya sangat di harapkan oleh warga Dusun muku, karenanya warga Dusun Muku kecewa dan tidak ada kepuasan yang di dapatkan oleh Warga tersebut. Terangnya

Malu sebenarnya Bupati Bima hadir di Lokasi Blokade jalan, karena sebelum dia hadir, lantunan lisan Camat Bolo menyebut Bupati Bima masih berada di Jakarta. Namun itulah upaya busuk yang di mainkan oleh Bupati Bima, Camat Bolo dan cecunguk-cecunguknya untuk menipu Warga Dusun muku yang kendati upaya busuknya itu membuat mereka (Camat Bolo – Bupati Bima) sendiri yang malu di hadapan warga dan di hadapan Bencana Alam (Tanah Longsor) yang menjadi representasi Sang Khalik, untuk menegur Pemangku kebijakan di Daerah Kab. Bima untuk terus melirik dan peka terhadap rakyat yang memberinya mandat sebagai Bupati. Tegasnya

( Chaca )

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *